Foto

MM

Kumpulan Puisi Curahan Hati

Mufa Media - Setiap orang punya pengalaman hidupnya masing-masing. Dan setiap pengalaman bisa saja berbeda-beda jumlah dan jenisnya. 

Bisa pengalaman manis. Bisa pengalaman pahit.

Dikala kita mengalami segenap peristiwa dalam hidup ini terkadang kita butuh cara untuk kembali mengungkapkannya.

Salah satunya dengan tulisan. Kita bisa mengungkapkannya dalam berbagai bentuk tulisan yang kita mau. Salah satunya adalah dengan berpuisi.

Ini adalah koleksi puisi yang saya tuliskan sebagai curahan hati.


Kumpulan Puisi Curahan Hati


DI UJUNG MATA PENA

Pra penulis
Penulis
Pra seniman
Seniman
Pra sastrawan
Sastrawan
Bahkan ...
Pra pemula
Pemula
Pra senior
Senior
Pra ahli
Ahli, pun selain itu
Bisa
Dapat
Mampu
Boleh
Bermain di ujung mata pena


TANGAN RAGA MENYAPA PENA

Suasana itu ...
Antarkan fikirku dalam ruang kehampaan
Layangkan anganku pada lentera yang bergerak menyusuri kegelapan
Abadikan sinarnya dalam singgasana tak bertuan
Merenung nasib dengan beribu jalan di depan

Makin jauh dari sinar jadikan jantung tak berdetak
Mengubur hasrat dalam retak tanpa hiraukan fase
Makin dalam sinar merasuk jiwa jadikan karya nan berkesan
Mengukir keindahan dengan tinta emas dalam naungan masa
Mencoba kenal jiwa pena tanpa rasa sesal

Tuk dirimu untaian tali persahabatan kuulurkan
Ungkapkan karya lewat goresan pena bertinta rasa
Kobarkan jiwa lalu terbangkan ke angkasa

Rona rupamu dengan jujur aku tak menahu
Olah bayangmu hanya bergerak dalam imajinasiku
Namun sekedar itu bagiku lebih dari kias
Kuharapkan  dengan  karyamu   kau   sanggup berkata “my”
Ini bahasa, kututurkan dengan detak nadiku
Dengan iringan irama deru nafasku
Lewat aliran jiwa yang terasuh masa
Yang terlekat kuat pada dinding-dinding rasa tersirat
Untukmu  kuulurkan tangan jiwaku lewat gores penaku
Lambaian tangan karyamu ku harapkan dari kejauhanku

Mungkinmu juga tak menahu aku
Namun kukira waktu akan menjawabnya
Walau jauh namun mungkin hanya di mata
Rona ruangku akan menantimu dengan garis pena kokoh
Siapapun engkau...
Izinkan aku menanti gores penamu


RAIH ASA MASA DEPAN

Dengan otak, tenaga dan kemauan
Ingin gapai tujuan yang membentang di depan
Dengan penuhi harapan
Dalam kalbu insan

Selami lautan ilmu
Tuk dapatkan tahu
Sebanyak tahu
Dengan menampik rasa jemu

Dengan segala usaha
Dengan sekuat tenaga
Serta kemauan baja
Tuk dapatkan mutiara ilmu-Nya

Masih berakit-rakit
Masih rela bersakit-sakit

Masih rela dalam tempat sempit
Masih rela terjepit

Walau begitu adanya
Tetap besar asa yang ada
Yang tetap melecut rasa
Agar bisa tersenyum di hari tua


HARAP CEMAS

Dirasa
Tak diraba
Dirasa
Tak dicerna
Dirasa
Tak dinyana
Rasa ...
Harap ...
Cemas ...
Campur ...
Baur ...
Kabur ...
Aku menanti


KHAYALAN MIMPI

Dalam lamunan indah ini
Dalam sepi ...
Seuntai malam sunyi
Mengungkapkan rasa ini
Terbawa terbang di alam mimpi

Sebuah mimpi ...
Yang ku tak tahu sebuah arti
Tentang bayangan diri
Bayangan rasa menghampiri

Tak cukup sekali
Berikan perhatian dalam sunyi
Memandang ...
Penuh perhatian ...
Menghampiri ...

Memang itu hanyalah mimpi nisbi
Tapi seperti ungkapkan arti
Ku tak tahu apakah harapkan hati ini
Tuk bersama merangkai mimpi dalam hidup ini
Bersama detak hati nurani merangkai hari-hari yang tak mati
Ah ... itu hanyalah lamunan mimpi


BUKANLAH APA-APA

Sebuah rasa mungkin
Ataukah kesadaran ...
Sebuah pengakuan mungkin
Ataukah keniscayaan ...
Yang berasal dari seonggok sampah
Yang terbuang tanpa arah
Yang bisa buat resah
Ataupun bikin susah

Mungkin terlalu jauh bagiku
Tuk gapai bulan sayu sendu
Mungkin terlalu tinggi anganku
Tuk dapatkan cintamu


KHAYALAN BELAKA

Ketika lamunan melayang tinggi
Di angkasa alam mimpi
Ketika sebuah angan menepi
Di pesisir pantai hati
Dengan arah tak berisi
Jauh dengan usaha menggapai

Hal indah ternyata terlalu tinggi
Bersama buaian peri
Dengan maksud kalbu terpatri
Dalam buaian mimpi

Tapi ...
Sebisakah sampai tangan ini
Rengkuh impian maknawi
Yang tersimpan dalam kalbu insani
Namun insan tak peduli
Walau rasa perih terperi
Rasa sakit di hati
Mengiris langit lazuardi mimpi

Bukan rasa damai
Tapi hanya seonggok sepi yang menepi
Harus kusadari ...
Itu hanyalah khayalan mimpi yang tak bertepi


OLAH RASA LEWAT JEJAK PENA

Ketika melodi kesunyian mengalun senyap
Seberkas  cahaya  seolah  malu  tampakkan dirinya
Dunia hampa seolah merasuk dalam jiwa
Mendekap erat seonggok ide
Seolah sumbat nafas rasa

Ketika itu ...
Tak ada langkah berani tampakkan jejaknya
Dikata langkah tak berjejak
Sebuah masa memutar alihkan melodi itu
Tak terdengar   lagi   rentetan   tangisan  memilukan
Cerita kesedihan seolah terhapuskan air mata haru
Sekumpulan ide berangkulan bahagia di jalan berjejak
Kaitkan logika rasa tuk hentakkan jejak pena
Jejaknya penuh warna-warni ceria
Seakan tiada guratkan kesedihan dalamnya

Arus karya mengalir deras dengan indahnya
Dengan pasti menuju muaranya
Bersama meniti jejak pena ...


RUANG PUISIKU

Dalam ruang datar kugoreskan tintaku
Berujung pena bermata rasa

Dalam ruangku ...
Kumainkan lidah tintaku
Kuolah jantung naluriku
Kutuang campuran rasaku

Ruang itu ...
Ruang puisiku
Ruang bermainku
Ruang goresan penaku
Ruang proses kreasiku
Biarkan aku menggoyangkan mata penaku
Dalam ruangku itu ...


HARUS

Kita ...
Aku ...
Kamu ...
Semua

Seharusnya
Sepatutnya
Seyogyanya
Sepantasnya

Harus
Layak
Patut
Wajib
Miliki
Punyai
Pegang
Erat
Yakin
Pada-Nya


DETIK DETAK INSPIRASI

Putar roda rasa dalam irama malam
Maksud kalbu guratkan tema
Sandarkan bahu pada detik detak inspirasi

Gelombang angin bawakan sekelumit isyarat
Lemparkan bahan titik tinta
Radar diri coba menangkap
Angan karya berseliweran
Hingga sampai pada detiknya

.....
Terjaring dalam ruang bagai mulut gurita
Yang selalu semprotkan tinta
Dalam lapangan seluas cerita isi dunia masa
Yang beriring detik detak inspirasi rasa


BIARKAN AKU

Bila sampai rasaku ...
Sampai tak sanggup aku mengekangnya
Tak cukup tali tuk mengikatnya
Berhamburan bersama kapas terkoyak angin
Hampir penuhi ruang nafas karya

Bila sampai rasaku ...
Biarkan aku lilitkan rasa
Lepaskan aku dari ikatan fana
Bebaskan aku dari belenggu mati rasa
Biarkan aku berteriak lantang mengangkasa

Jangan halangi aku
Jangan kekang diriku
Jangan,
Sungguh jangan

Ku mau berhambur bersama kapas putih di angkasa
Ku mau meluncur bersama suara yang menggema
Ku mau larut dalam indahnya karunia Tuhan Yang Esa
Biarkan aku ...


SEPOTONG GAMBAR

Lewat
Lekas
Tak membekas

Pucat
Pasi
Terancam duri

Sayu
Mendera
Tanpa rasa

Malu
Sembunyi
Berteman sepi
Ini gambar
Tak tahu


KETIKA PENA MENITI JALAN

Bila pena kehendak berjalan
Tolong jangan dicegah, Kawan !

Beginilah kawan ketika penaku meniti jalan
Dapat dirasa walau mungkin kurang menawan
Dengan penaku aku berjalan
Lewati jalan mencari peran

Bila pena kehendak berjalan
Tolong jangan dihadang, Kawan !

Penaku berjalan coba meniti perasaan
Menggugah nurani  hingga jadi renungan
Menggoreskan garis-garis kenyataan
Mencoret lamunan tuk ganti jadi impian masa
    depan

Bila pena kehendak berjalan
Tolong jangan diganggu, Kawan !
Biarkan penaku berjalan tanpa rasa tertawan
Apalagi tertekan
Biarkan dia menari-nari diatas awan
Agar  dapat cairkan kebekuan
Agar dapat tularkan gagasan

Bila penaku kehendak berjalan
Biarkan dia, Kawan !
Biarkan dia menggoreskan jalan masa depan


TAK BERHARAP

Dalam langkah semu ku menjemu
Segenap masa yang mengadu
Kucampakkan jauh tak membau
Begitupun angin masa yang datang kepadaku
Kutepis hingga berarah tak menentu

Aku sedang bergelut dengan jemu
Berguling-guling menanti lagu rindu
Mendambakan kait rasa sembari berseru
“Aku mengharap darimu senyum hatimu”

Kelemahan serta kerendahanku aku tahu
Aku berharap dengan rasa malu diriku
Sembari   mencoba  nyayikan  irama syahdu bercampur debu
“Aku mengharap darimu keramahanmu”

Ku tersadar akan gerak kenaifanku
Meronta-ronta dalam gelapnya semu
Namun ku tetap bertahan menahannya dengan segenap lagu rindu
“Aku mengharap darimu rasamu”
Aku juga mengharap kau tak berharap jika aku tak berharap darimu

Post a Comment

0 Comments